Batu Demi Batu

Ada dinding yang tak terlihat di dalamku,
Terlalu dalam'tuk kau lihat dengan matamu.
Dinding yang mengurung hatiku dari segala sisi,
Membantuku menyimpan berbagai emosi.
Kau tak mungkin masuk,
Aku pun tak mungkin keluar.
Kau bertanya-tanya, ada apa sebenarnya.

Dinding yang kubangun tidak terlihat,
Berasal dari perasaan tidak aman di hati.
Setiap kali hatiku yang rapuh terluka,
Bekas-bekasnya tumbuh semakin parah.
Maka batu demi batu,
Aku pun membangun dinding kaku,
Dinding tebal yang tak mungkin lagi jatuh.

Penyebabnya bukanlah dirimu,
Teruslah mencoba menembus maju.
Ingin sekali aku menunjukkan diri,
Kasih sayangmu akan sangat berarti.
Sedikit demi sedikit,
Retaklah dindingku ini.
Sampai batu-batunya berjatuhan sendiri.

Prosesnya akan lamban, itu aku tahu.
Memang tak mudah 'tuk membiarkan berlalu,
Segala sakit hati dari tahun-tahun pedih.
Aku takut
Membiarkanmu masuk
Kuyakin aku 'kan kembali terpuruk
Sudah kucoba membongkar dindingku,
Namun usahaku sia-sia selalu.
Batu-batunya rapat menjulang,
Tak ada sedikitpun celah untuk memandang.
Satu-satunya cara
Merobohkannya,
Hanya kalau ada ketidaksempurnaan di dalamnya.

Sudah kucoba sekuat tenaga,
Membuat dinding yang sempurna.
Namun masih ada kekurangan yang menjadi kunci,
'tuk menembusnya menuju diriku ini.
Kumohon manfaatkan setiap kekurangan,
'tuk menimbulkan keretakan,
Mendorong satu batu dari tumpukan.

Batu demi batu dinding itu kudirikan,
Dengan setiap sakit hati dan kepedihan,
Maka batu demi batu pula dia akan dirobohkan,
Saat rasa sakit dengan kasih sayang digantikan.
Semoga kau cukup peduli,
'tuk mencari kekurangan itu, apa pun yang terjadi.

2 komentar: